Home Kegiatan Tur Jalan Kaki: BASOLIA Gagas Kegiatan Promosi Toleransi & Keberagaman di Kota...

Tur Jalan Kaki: BASOLIA Gagas Kegiatan Promosi Toleransi & Keberagaman di Kota Bogor

158
0

Badan Sosial Lintas Agama (BASOLIA) belum lama ini menggelar kegiatan promosi Toleransi & Keberagaman di Kota Bogor dalam tajuk “TAPAK TILAS KEBERAGAMAN”. Kegiatan yang berlangsung pada 27-28 Mei 2023 lalu bertujuan untuk mengenalkan rumah-rumah ibadah di Bogor yang memiliki nilai historis keberagaman dan cagar budaya yang ada di Kota Bogor. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat sipil dalam upaya kampanye perdamaian dan toleransi. Dalam kegiatan ini juga BASOLIA menggandeng Rambah Kota selaku Komunitas Sejarah & Walking Tour yang berbasis di Bogor. Selain itu, kegiatan ini merupakan salah satu program kerjasama BASOLIA bersama mitra yang tergabung dalam program MADANI.

 

Pada hari pertama, kegiatan dibuka di Aula Gereja BMV Katedral Bogor. Kegiatan dibuka oleh Ketua Umum BASOLIA K.H Zaenal Abidin, serta perwakilan dari BMV Katedral Bogor, RD. Paulus Haruna. “BASOLIA sudah 16 tahun lebih menyebarkan Toleransi di Bogor, sekarang waktunya teman-teman sekalian disini yang menjadi agen Toleransi itu” ujar KH. Zaenal Abidin. Peserta kegiatan yang terdiri dari organisasi kepemudaan, masyarakat umum, serta penghayat kepercayaan tampak antusias mengikuti rangkaian Tur mengunjungi 3 rumah ibadah yaitu Katedral Bogor, GPIB Zebaoth, & Vihara Dhanagun. Peserta juga diajak mengunjungi Kantor Pos Bogor, “Kantor pos ini adalah gereja pertama di Bogor, yang kala itu masih bernama Buitenzorg. Gereja ini digunakan bergantian antara umat Katolik & Kristen dengan nama Gereja Simultan pada 1845-1896” ujar Arif, Tour Leader dalam kegiatan ini. Pada hari pertama ditutup di Vihara Mahacetya Dhanagun/Hok Tek Bio Jl. Suryakencana. Selain berkeliling di dalam Vihara, peserta juga berkesempatan mencoba ramalan kuno dalam tradisi Tionghoa atau “Ciam Si” lalu kegiatan ditutup dengan makan siang bersama.

 

Berbeda dengan hari pertama, di hari kedua Peserta tidak lagi berjalan kaki, namun diajak mengelilingi kota dengan angkot. Pulo Geulis menjadi tujuan pertama tur Tapak Tilas Keberagaman. Bukan tanpa alasan, karena Pulo Geulis sudah lama menjadi ikon keberagaman di Kota Bogor, serta terdapat klenteng tertua di Bogor yaitu Phan Ko Bio. “siapa saja boleh beribadah disini, di belakang, kami menyediakan tempat untuk shalat bagi yang muslim, setiap malam jumat itu ada kegiatan tawasulan rutin disana.” Ujar Bapak Candra Kusuma, pemuka agama yang bertugas di Klenteng Phan Ko. Selanjutnya, peserta diajak menuju Situs Batutulis yang merupakan pusat dari Kerajaan Pajajaran. Di situs ini peserta diceritakan tentang berdirinya Kerajaan Pajajaran dan toleransi di Bogor yang sudah diterapkan sejak zaman Pajajaran. Arif selaku Tour guide menjelaskan “Praktik Toleransi di Kota Bogor sudah ada jauh sejak Kerajaan Pajajaran, kita tahu bahwa Prabu Siliwangi menganut agama Hindu, dan beliau menikahi Nyi Subang Larang yang seorang Muslim dan tidak pernah melarangnya untuk memeluk agama Islam, bahkan putranya yaitu Kian Santang & Rara Santang pun diperbolehkan memeluk islam, yang kelak Rara Santang melahirkan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati”.

Setelah dari Batutulis, peserta kembali bergerak menuju kawasan Empang, Kampung Arab yang ada di Bogor. Di kawasan Empang ini peserta diajak menuju 2 Masjid yang berdekatan, yaitu Masjid At-Thohiriyah yang dimana dahulu masjid ini juga menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yang diawali oleh kepemimpinan Raden Solawat/Raden Aria Wiranata sampai Patih Ipik Gandamanah di era kemerdekaan Indonesia. Lalu peserta juga diajak menuju Masjid An-Nur yang lebih di kenal dengan Masjid Kramat, bangunan masjid ini awalnya dibangun oleh Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.

Setelah beristirahat sejenak dan melaksanakan Sholat Dzuhur, peserta kemudian bergerak kembali menuju Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta di Tamansari, Kab. Bogor. Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta merupakan Pura terbesar kedua setelah Pura Agung Besakih di Bali. “Pura ini dibangun pada 1995, seluruh material dibawa langsung dari Bali. Di salah satu bagian Pura terdapat 1 altar yang diwasiatkan oleh pemilik tempat ini yang dikhususkan bagi siapapun yang mau berdoa” ujar Mangku Pura Parahiyangan Agung Jagatkarta, Bapak Made Sutem. Peserta berkesempatan berkeliling dan melakukan meditasi sejenak di dalam pura, peserta dipersilakan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing ditengah keheningan & Kesejukan Pura.

Setelah selesai, peserta kembali ke Kota Bogor & rangkaian kegiatan ditutup di Gereja Yesus Kristus Orang-orang Suci dari Zaman Akhir (OSZA). Kegiatan ditutup oleh paparan Bapak Uskup, Jemmy Mongan, selaku pimpinan Gereja Yesus Kristus OSZA dan Bapak Arifin Himawan Sekretaris Umum BASOLIA. “Semangat Toleransi jangan sampai berhenti di hari ini, saya harap setelah 2 hari ini teman-teman bisa mengambil hikmah, mulai hari ini dan seterusnya teman-teman disini lah yang akan menjadi agen untuk menyebarluaskan Toleransi & Keberagaman” ujar Arifin Himawan.

Author: Wiwit Musaadah